17
Aug
07

Ukraina dan Akhir Revolusi Orange

Oleh:
Wawan Kurniawan
Pendiri Kajian Internasional Strategis (KAINSA)

Revolusi Oranye (RO) Ukraina berakhir dengan dramatis dan menyedihkan. Sebagian aktor politik pendukungnya berbalik arah meninggalkan revolusi yang digagas hampir dua tahun lalu itu. Lebih tepatnya, revolusi awalnya sangat menyakinkan ini hanya berusia 21 bulan saja. Setelah melewati masa stagnansi setahun, RO yang dimulai dari aksi jalanan 22 November 2004 itu kini kehilangan relevansinya alias mati muda.

Sebenarnya, tanda-tanda mulai suramnya RO bisa dilihat dari konfigurasi 450 kursi parlemen (Verkhovna Rada) hasil pemilu 26 Maret 2006. Partai Wilayah (Partiya Regioniv) di bawah pimpinan mantan PM Viktor Yanukovych memperoleh 186 kursi. Kubu Blok Yuliya Tymoshenko dengan ketuanya yang juga mantan PM Yuliya Tymoshenko memperoleh 129 kursi. Partainya Viktor Yushchenko, Ukraina Kita (Nasha Ukrayin), meraup 81 kursi. Partai Sosialis dengan ketuanya Oleksandr Moroz mendapat 33 kursi. Sedangkan, sisa 21 kursi menjadi milik Partai Komunis.

Tymoshenko, Yushchenko, dan Moroz merupakan trio motor penggerak RO. Ketiganya beraliansi melawan Yanukovych dan berhasil menumbangkanya dari kursi PM. Yanukovych setia kepada patron lama Ukraina, yakni Rusia. Sementara, Tymoshenko dan Yushchenko berafiliasi ke Barat (Uni Eropa).

Yushchenko yang kini menjadi presiden, pada awalnya merupakan politisi paling terkemuka di Ukraina. Itu bisa dibuktikan dengan pemilihan ulang presiden pada 26 Desember 2004. Ia berhasil mendapat 51,99 persen dari total 27,96 juta suara atau sekitar 15,11 juta. Namun, jeda waktu setahun tanpa perubahan berarti di bawah kepemimpinannya membuat popularitasnya turun drastis. Kursi Ukraina Kita sebanyak 81 sebanding dengan 3,56 juta suara saja.

Duet kepemimpinan Presiden Yushchenko dan PM Tymoshenko yang tidak harmonis pada jeda waktu setahun itu menambah keraguan rakyat pada eksistensi RO. Yushchenko dan Tymoshenko terlibat pertarungan internal (political infighting) dalam penguasaan sumber-sumber strategis negara. Konflik itu berakhir dengan pemecatan Tymoshenko pada 8 September 2005.

Turn of Alliance

Perubahan aliansi berlangsung dalam masa empat bulan deadlock politik sebagai akibat ketiadaan kekuatan mayoritas di parlemen pascapemilu. Lobi-lobi kekuasaan berlangsung intensif pada waku itu.

Tymoshenko sudah memilih sikap: tidak berkompromi dengan Yanukovych. Yushchenko memilih wait and see. Hasilnya, Partai Sosialis meninggalkan barisan pendukung RO dan memilih bergabung dengan Yanukovych. Tawaran posisi sebagai ketua parlemen terlalu sayang untuk diabaikan oleh Moroz (BBC, 7/7).

Klimaksnya terjadi pada 3 Agustus kemarin saat Yushchenko menyepakati deklarasi persatuan nasional yang berisi 27 kesepakatan dengan Yanukovych. Yushchenko juga merestui Yanukovych menjadi PM kembali.

Tudingan bahwa Yushchenko mengkhianati RO merupakan tuduhan berlebihan. Batas waktu 15 hari yang diamanatkan oleh konstitusi setelah parlemen mengusulkan secara resmi calon PM merupakan waktu krusial bagi nasib RO dan juga Yushchenko sendiri.

Yushchenko menyadari ada dua pilihan berimplikasi sulit. Pertama, Yushchenko bisa saja membubarkan parlemen dan menyegerakan pemilu lagi. Kedua, menerima Yanukovich.

Pilihan pertama membawa dua implikasi: yang terbesar adalah tidak ada jaminan pemilu lagi akan menghasilkan perubahan signifikan pada komposisi partai-partai di parlemen. Akibatnya, sudah bisa dipastikan bahwa kebuntuan politik akan berlanjut. Kekosongan kekuasaan menyebabkan pemerintahan tidak berjalan efektif. Ujung-ujung, rakyat bisa meminta revolusi lagi. Itu berarti melengserkan Yushchenko sendiri. Kedua, Yushchenko tidak cukup yakin partainya akan memperoleh suara yang signifikan. Boleh jadi, jumlah kursinya akan semakin mengecil. Terlebih pemilu lagi menjadi bumerang jika justru kursi Tymoshenko dan (atau) Yanukovich bertambah banyak.

Opsi menerima Yanukovich sebagai PM juga menjadi pilihan sulit terutama berkaitan dengan aspirasi akar rumput pendukung RO dan image Yushchenko di mata Barat. Namun, ada kuntungan tersendiri. Keberlangsungan Yushchenko ditopang oleh mayoritas parlemen. Gabungan kubu Yushchenko, Yanukovich, Partai Sosialis dan Partai Komunis menjadi 321 kursi. Keuntungan lainnya, gabungan ini mempersatukan kembali daerah timur (pro-Yanukovich) dan daerah barat (pro-Yushchenko) yang terbelah karena pemilihan presiden dua tahun lalu. Pilihan inilah yang diambil Yushchenko.

Meskipun sekarang beraliansi dengan Yanukovich, visi Yushchenko tidak berubah. Itu bisa dilihat dari kontrak politiknya dengan Yanukovich. Mengintegrasikan Ukraina dengan Barat (Uni Eropa dan NATO) dan WTO menjadi titik tekan kontrak politik itu.

Kini, yang menjadi pertanyaan apakah pertarungan politik dan kekuasaan benar-benar telah berakhir di Ukraina. Bisakah Ukraina menjadi daerah yang stabil mengingat posisinya yang menjadi buffer zone antara Barat dan Rusia. Terlebih lagi, Rusia sekarang sedang menggemari permainan-seperti yang dikatakan Wapres AS Dick Cheney-blackmail dengan minyak dan gas alamnya. Perjalanan waktu akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.


Leave a comment


Blog Stats

  • 190,882 hits

Top Clicks

  • None
August 2007
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
Add to Technorati Favorites